IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Aku dan Teman lamaku

Waktu itu..................
Aku menginjakkan kakiku setelah turun dari Bis tepat di depan gerbang sebuah Institusi Pendidikan. Gontor. Gontor 2 Siman Ponorogo. Kala itu, aku terkagum-kagum dan tak ada rasa ragu bagiku untuk mendalami ilmu di dalamnya. Perlahan kumasuki area Gontor 2 melalui gerbang bersama Ayahku. Wow... kulihat banyak bangunan megah. Inikah asramanya...??? aku mulai membayangkan bagaimana aku nanti saat di asrama ya..?? hahahaa... Karena lapar, kami mencari warung di dalam pondok. Ada! untung nasi masih tersedia. Kami makan dengan lahapnya. Setelah itu, melakukan pendaftaran dan menuju kamar yang akan kuhuni nanti. Saat aku masuk, ternyata sudah ada banyak orang yang datang. Tujuan mereka sama sepertiku. menuntut Ilmu. Yah... mereka adalah teman-teman sekamarku nantinya. Sebagian dari mereka ada yang masih bersama orang tua, almari dibereskan orang tua, semua orang tua. Tapi, ada juga yang awalnya datang sendiri dan segalanya ia sendiri. Sungguh perjuangan. sejak awal sudah sendirian. Setelah memasuki kamar dan mendapatkan almari yang telah ditentukan untukku, aku segera merapikan baju-bajuku sendri serta barang-barang yang lain. Saat itulah aku mengenal seorang yang bernama Eduan Rinaldi. Orang yang pertama kali aku kenal saat itu. Saat masih calon pelajar. Lalu, aku dan ayahku keluar kamar dan berjalan-jalan sebentar. Aku masih ingat. Ayahku pernah menunjukkan jarinya pada sebuah tulisan putih huruf kapital di atas papan warna hijau terletak tepat di bawah jam dinding gedung utama. Bertuliskan "KE GONTOR APA YANG KAU CARI?". Aku selalu mengingatnya. Saat aku dalam kesulitan, kebimbangan, kemalasan, kehampaan dan segala masalah pasti aku mengingatnya dan secara tiba-tiba, aku merasakan ada sesuatu yang merasuk dalam tubuhku. Gara-gara sesuatu itu, semua masalahku menjadi sedikit ringan, masalahku mudah dihadapi, dan kesulitan-kesulitan menjadi tiada guna. Wow... luar biasa.... 
Sebulan berlalu....   aku mulai dekat dengan teman sekamarku. Meskipun Ayahku telah pulang ke rumah, tapi aku tak boleh putus asa. Memang, rasa rindu akan rumah, orang tua, adik-adik di rumah dan teman saat sekolah tak akan bahkan tak ada yang bisa membendungnya. Akhirnya, untuk menutupi kerinduan tersebut, aku mulai berbaur dengan teman-teman di sekitarku agar rasa rinduku tertutupi. Aku mulai mengenal yang namanya Sunki Mahmud Sulthon, Wiwit, Ronaldy, Angga Aulia Jaya, Bayu, Roni, Rae Febriansyah, Fakhrur Rizqi yang ternyata satu daerah denganku, Muhajir, Apria Dwi Ramadhan, Dwian Desi Saputra, Zaki Maramis, Rikki Imam Haikal, Fahmi Dwi Putra, Raden M. Adlan Rahim, Wahyu Ismail, Andy, Donny Pradana dan Mohd Kholil ketua kamar kami dan masih banyak lagi. Alhamdulillah.... selain Eduan, aku juga dekat dengan yang lainnya.... Aku pernah akrab dengan Eduan. Di mana ada Eduan, pasti ada aku, Fahmi, Zaki dan Rikki. Kami selalu bercanda. Setelah sebulan berlalu, kami sering berpisah. Aku sering sendirian. Eduan tak bersamaku lagi dan aku tak tahu ia di mana. memang almarinya bersebelahan denganku tapi kami tak seakrab kami pertama bertemu dulu. 
Suatu hari, Angga Aulia Jaya mendekatiku. ternyata ia juga tak punya teman. Akhirnya ia menjadi sahabatku yang kedua. Tapi itu hanya berlangsung seminggu... tanpa disadari, Angga sudah berganti sahabat dan ia bersahabat dengan Wiwit. Kini aku sendirian lagi. Kulihat sekelilingku. Ternyata ada yang lebih sendirian daripada aku. Rae. Dia ternyata tak segembira aku meskipun wajahku nampak sedih. Yah... memang semua yang ada di kamar Palestina 114 ini berteman. hanya saja untuk mengungkapkan isi hati butuh seseorang yang mau menerima luapan isi hati seorang teman. Itu yang dicari manusia-manusia yang diam. Mungkin Rae seperti itu. Aku mendekati Rae yang diam. Akhirnya kami akrab lebih akrab dari teman-temanku yang sebelumnya. Saat senang kami bersama. Saat susahpun bersama. Yap... Sandal Rae hilangpun aku ikut sedih... hahahaa.. ternyata setelah itu sandalku ikut hilang juga. Lucu. Hal ini berlangsung selama sebulan lebih sampai tiba waktunya Yudisium Calon Pelajar. Aku duduk bersama Rae dan Fakhrur Rizqi. Fakhrur di sebelah kanan dan Rae di sebelah kiri. 
Nomor ujian mulai dibacakan untuk yang lulus di Gontor 1. Gontor 1 adalah Gontor pusat dan pastinya yang bagus-bagus di luluskan di sana. Banyak yang berteriak "Ah... nomorku tidak disebut". Ada yang bilang "Yess....". Betapa senangnya ia.... hantinya mungkin berbunga-bunga dan senangnya bukan main..
 Tiba nomor 1157.... aku mulai deg-degan... setelah nomor 1157 ternyata 1158 tak disebutkan. Langsung ke nomor 1159. Ternyata itu nomor milik Fakhrur Rizqi. Yah... spontan ia berteriak gembira.. Lalu.... 1160. Nomorku! Yeah.... Aku senang. Tapi senangku belum sepenuhnya karena Rae belum disebutkan. Aku terus menyemangati Rae agar terus bersabar... sabar.. sabar..... pasti Allah memberikan yang terbaik.. lima menit kemudian, selesailah untuk yang lulus di gontor 1. Kemudian berlanjut yang lulus di Gontor 2,3,5 dan 6. Aku dan fakhrur terus menemani Rae smapai namanya disebutkan. Mata rae makin berkaca-kaca saat panggilan sudah di Gontor 6. Masih tanda tanya antara ia lulus atau tidak.... ternyata... namanya tidak ada. Ia tak bisa membendung lagi air matanya. Aku masih menyemangatinya untuk terus bersabar.... Tibalah waktunya dibacakan untuk yang belum lulus. Yah.... Rae termasuk di dalamnya. Aku tak mampu menyemangatinya lagi. Kesabarannya sudah ahabis. Tangisnya tak tertahankan lagi. Aku hanya bisa merangkulnya dan bilang "sabar"... Tidak apa-apa. Kita pasti bertemu nanti. Yah... ia pasti sedih telah mengecewakan orang tuanya. Aku hanya bisa berdo'a semoga temanku ini diberi kebaikan oleh Allah...
Malam hari datang. Tiba saatnya perpulangan. Aku dan Rae berpisah karena Konsulat Malang pulang lebih dulu. Sementara Rae masih di pondok karena pulangnya belakangan. Yap.. aku sedih berpisah dengan sahabatku. Kami berjanji akan bertemu di suatu saat nanti.. Aku menangis sepanjang perjalanan. Karena lelah akhirnya aku tertidur lelap....

*****
 
Siang itu.......
"jih, beli sate yuk!", ucap Ustadz Helmi Lisnawan yang saat itu memboncengku di atas sepeda motor setelah dari kantor pos untuk membuka rekening. Sialnya, untuk membuka rekening tidak bisa dengan kartu tanda mahasiswa (ktm). Terpaksa aku mundur teratur dan mengurungkan niatku untuk membuka rekening. Aku menjawab "oke!". Yup! Siang itu kami menikmati sate ayam dan kambing di daerah Gurah. Usai makan, Ustadz Helmi menanyakan sesuatu kepadaku. "awakmu nggak ke Gontor untuk menanyakan majalah ITQAN?". "Ke Gontor? Naik apa ustadz?", balasku. "Ikut Tonny aja kan dia nganterin Pak Muslih", jawabnya. Memang saat itu kami sedang mengadakan seminar dengan pembicara Dr. Muhammad Muslih dari Gontor Ponorogo. Wah... itu ide bagus. Aku coba menghubungi Ustadz Nur Wahyudin karena beliau ketua seminar. Aku menanyakan apakah aku boleh ikut ke Gontor. Ia menjawab dengan ribuan pertanyaan, kenapa? dsb. Tapi, akhirnya aku pergi juga ke Gontor meskipun ada beberapa orang yang kelihatannya kurang senang dengan ikutnya aku ke sana. Hahahaaa....
Aku dan Rae Febriansyah Wibowo
Usai mengantarkan pembicara, kami mampir ke Gontor. Pertama kami transit sebentar di KUK dan setelah Sholat Maghrib kami transit di Yayasan. Hanya saja aku tidak ikut. Aku memilih untuk pergi ke ITQAN untuk menagih majalah buatan angkatanku. Owh... lama sekali aku menunggu pengurusnya. Sampai waktu Isya' hampir tiba aku baru bertemu kader ITQAN. Usai Adzan Isya' aku baru bertemu mereka. Tapi sebelum itu, aku teringat oleh seseorang... seorang teman lama yang tak pernah kujumpai selama 6 tahun. Wow.. lama sekali... Dialah Rae.. Yap. Kudengar dia tinggal di bagian Olah raga. Aku meminta seorang anggota konsulatku untuk memanggilkannya. Kebetulan dia sekamar dengan Rae. Sambil menunggu pengurus ITQAN datang, aku melihat-lihat sekeliling dengan duduk di atas kursi. Terkejut aku bukan main dengan orang yang kulihat di depan mataku. seseorang datang dan tersenyum ceria. "Rae! Apa kabar....????? Lama tak jumpa!". Yah.... Wajahnya tetap seperti dulu tapi kini ia lebih ceria daripada dulu. Yap. Akupun iktu senang. Kemudian kami mengobrol panjang sekaligus melepas kerinduan kami. 6 tahun adalah waktu yang lama untuk memisahkan seorang sahabat. Tapi, memang waktu selalu berlalu dengan cepatnya. Dengan terpaksa kami berpisah. Tapi sempat mengambil gambar sejenak. Kenang-kenangan untukku dan untuknya. Mumpung masih ada kesempatan kapan lagi... Good Luck Rae!!! Meskipun masih kelas 6, aku yakin kamu bisa menjadi Alumni yang Khusnul Khotimah!

Komentar

Posting Komentar

Komentarin ya! Saya seneng banget kalau dikomentarin. Terima Kasih :)